KEBUTUHAN GIZI PADA LANSIA

Peran makanan dan zat gizi seringkali berubah selama penuaan. Dibutuhkan pengaturan asupan makan yang sehat supaya kebutuhan gizi pada lansia dapat terpenuhi sehingga lansia tetap sehat, aktif, dan produktif.

Lansia

Kelompok lanjut usia (lansia) adalah kelompok yang telah mengalami proses penuaan yang biasanya dialami oleh kelompok berusia 60 tahun ke atas. Proses penuaan pada lansia mempengaruhi kemampuan fungsional tubuh atau perubahan fungsi fisik, psikososial dan kognitif, sehingga ini menjadi hal yang harus diperhatikan dalam proses pemeliharaan kesehatan pada lansia. Kualitas hidup lansia dipengaruhi oleh status gizi dan penyakit.​1​

Lansia mengalami Aging Process. Proses penuaan merupakan siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia; sehingga secara umum akan berpengaruh pada activity of daily living.​2​

Perubahan yang Terjadi pada Lansia

Perubahan fisik pada lansia lebih banyak ditekankan pada penurunan atau berkurangnya fungsi alat indera dan sistem saraf, sistem peredaran darah dan jantung, sistem pernafasan, sistem lambung dan usus, sistem hormon dan sistem otot dan tulang. Selain itu, perubahan fisik yang nyata dapat dilihat membuat lansia merasa minder atau kurang percaya diri jika harus berinteraksi dengan lingkungannya, mudah terkena penyakit, hambatan yang bersifat jasmaniah, hambatan melakukan aktivitas, kekurangan gizi, gigi keropos, dan kehilangan kemampuan seksual. Perubahan yang terjadi antara lain :​1​

  1. Perubahan Sistem Kardiovaskular
    • Penurunan elastisitas pembuluh darah, volume darah,
    • Peningkatan kekakuan pembuluh darah arteri, tekanan darah
  2. Sistem Persarafan
    • Pengaturan nafsu makan dan rasa haus yang tumpul
    • Kecepatan konduksi saraf berkurang, memengaruhi indra penciuman, rasa, sentuhan, kognisi
    •  Perubahan pada pola tidur karena siklus bangun menjadi lebih pendek
  3. Sistem Pendengaran
    • Kehilangan pendengaran
    • Penurunan ketajaman pendengaran dan isolasi sosial (khususnya, kemampuan untuk mendengar konsonan)
    • Sulit mendengar khususnya bila ada suara latar belakang yang mengganggu atau bila percakapan cepat.
  4. Penglihatan
    • Kepekaan terhadap cahaya meningkat
    • Peningkatan kekeringan dan iritasi mata
    • Kurang dapat membedakan warna biru, ungu, dan hijau
  5. Sistem Muskuloskeletal
    • Penurunan massa tubuh tanpa lemak (massa tulang, otot, air)
    • Peningkatan massa lemak
    • Menurunnya laju metabolisme saat istirahat
  6. Sistem Perkemihan
    • Aliran darah di ginjal menurun
    • Perubahan dinding pembuluh darah dan penurunan otot pada kandung kemih
  7. Sistem Pernafasan
    • Penurunan kapasitas pernafasan
    • Menurunnya ketahanan kerja
  8. Sistem Pencernaan
    • Menurunnya sekresi saliva dan mukus (lendir)
    • Gigi yang tanggal
    • Penurunan sekresi asam lambung dan enzim pencernaan
    • Ketidaknyamanan setelah makan karena jalannya makanan (gerakan peristaltik) melambat
    • Penurunan penyerapan vitamin B12
    • Peningkatan risiko sembelit

Kebutuhan Gizi yang Dibutuhkan Lansia

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) umur yang panjang bergantung pada genetik (19%), akses pada layanan kesehatan (10%), faktor lingkungan (20%), dan gaya hidup (51%). Peran makanan dan zat gizi seringkali berubah selama penuaan. Selain mengurangi resiko penyakit dan menunda kematian, diet berkontribusi pada kesehatan. Sehat, berarti memiliki energi dan kemampuan untuk melakukan kegiatan yang ingin dilakukan.​1​

Banyak lansia memiliki kebutuhan gizi khusus karena penuaan mempengaruhi penyerapan, penggunaan, dan ekskresi zat gizi. Angka Kecukupan Gizi (AKG) Indonesia 2019 memisahkan kelompok orang yang berusia 50 tahun ke atas menjadi dua kelompok, usia 50 sampai 70 tahun dan 71 tahun ke atas. Berdasarkan Healthy Eating Index (HEI), lansia perlu :​3​

  1. meningkatkan asupan serealia utuh, sayuran hijau tua dan oranye, kacang-kacangan, dan susu;
  2. memilih bentuk makanan yang lebih padat gizi, yaitu makanan rendah lemak padat dan bebas gula tambahan;
  3. menurunkan asupan natrium dan lemak jenuh. Penelitian lain menunjukkan bahwa lansia memiliki asupan kalori, lemak total, serat, kalsium, magnesium, seng, tembaga, folat, dan vitamin B12, C, E, dan D yang tergolong rendah.

Energi

Protein Laju metabolisme basal menurun seiring bertambahnya usia karena adanya perubahan dalam komposisi tubuh. Kebutuhan energi menurun; 3% per dekade pada orang dewasa. ​3​ Rekomendasi protein untuk lansia menurut AMDR adalah 10-35% total kalori atau menurut RDA adalah 0,8 g/kgBB/hari. Penyakit atau asupan yang tidak memadai menyebabkan malnutrisi, terutama mereka lansia yang dirawat di rumah sakit. Kekurangan protein kronis dalam diet lansia dapat menyebabkan penyembuhan luka yang buruk, perkembangan ulkus dekubitus, penurunan fungsi kekebalan tubuh, osteoporosis, serta hilangnya kekuatan otot. Makanan protein kaya akan zat esensial lainnya. ​1,3​

Karbohidrat

Diberikan 45 – 65% dari total kebutuhan per hari. Meningkatkan asupan karbohidrat kompleks seperti kacang-kacangan, sayuran, serealia utuh, buah-buahan untuk memberi serat, vitamin esensial, mineral. Tingkatkan serat makanan untuk mencegah konstipasi/sembelit terutama pada lansia tua.​1​

Lemak

Kebutuhan lemak untuk lansia sebesar 20%-35% dari total energi per hari. Pembatasan lemak makanan yang terlalu parah dapat mengubah rasa, tekstur, dan kenikmatan makanan; serta berdampak negatif pada diet secara keseluruhan, berat badan, dan kualitas hidup khususnyaa lansia. Utamakan sumber lemak tak jenuh dibanding membatasi lemak. Bahan makanan sumber lemak tak jenuh seperti ikan, kacang-kacangan, alpukat, dll.​3​

Cairan

Asupan cairan minimal untuk lansia sebesar 1500 ml/hari atau 1 ml/kkal/hari. Asupan meningkat karena gangguan rasa haus, rasa takut inkontinensia, dan tergantung pada orang lain untuk mendapatkan minuman (misal kondisi bed rest, hemiparesis pada pasien stroke). Dehidrasi seringkali tidak disadari; dapat terjadi karena jatuh, bingung, perubahan tingkat kesadaran, perubahan status fungsional, atau kelelahan.​3​

Vitamin

Dorong lansia untuk mengkonsumsi makanan padat gizi dalam jumlah yang sesuai kebutuhan kalori. Proses oksidatif dan inflamasi yang mempengaruhi penuaan memperkuat peran sentral mikronutrien, terutama antioksidan (vitamin A, C, dan E). Lansia berisiko mengalami defisiensi vitamin B12 sehingga diperlukan konsumsi ikan, susu, telur, tempe, untuk meningkatkan asupan vitamin B12. ​3​

Kekurangan vitamin D memiliki implikasi khusus untuk lansia, terutama yang tinggal di rumah. Penuaan kulit, fungsi ginjal yang memburuk, dan inaktivasi secara fisik (dengan konsekuensi yang mungkin terjadi karena paparan sinar matahari yang kurang) adalah faktor-faktor
yang berkontribusi pada kemungkinan kekurangan vitamin D pada lansia, sehingga lansia lebih rentan terhadap osteoporosis. Oleh karena itu lansia perlu berjemur sekitar 15 menit/hari. ​1​

Mineral

Kebutuhan zat besi wanita menurun setelah menopause. Seperti vitamin A, zat besi lebih banyak disimpan dengan mudah di usia tua daripada di usia muda. Kelebihan zat besi berkontribusi untuk stres oksidatif, yang meningkatkan kebutuhan antioksidan untuk menangani kelebihan oksidan. Untungnya, asupan vitamin C meningkatkan penyerapan zat besi dan juga berfungsi sebagai antioksidan. Kebutuhan makanan bisa meningkat karena menurun penyerapan kalsium; hanya 4% wanita dan 10% pria lansia yang memenuhi rekomendasi harian dari sumber makanan saja. Asupan zink yang rendah dapat menyebabkan gangguan fungsi imun. Makanan yang kaya akan zink seperti daging tanpa lemak, telur, susu, kacang-kacangan. ​1,3​

Pindolab Laboratorium Klinik juga menyediakan pelayanan Home Service Doctor, terutama untuk orangtua atau Lansia yang tidak bisa berobat ke klinik karena masalah kesehatannya. Pindolab Laboratorium Klinik, menyediakan pelayanan dokter umum datang ke rumah Anda untuk melakukan serangkaian pemeriksaan secara profesional sesuai dengan keluhan atau gejala yang Anda alami.

Referensi :

Brown J. Nutrition Through The Life Cycle. 4th ed. Cengage Learning; 2010.

WHO W. The World Health Organization Quality of Life (WHOQOL)-BREF. World Health Organization; 2004.

Mahan L, Raymond J. Krause’s Food and The Nutrition Care Process . 14th ed. Elsevier; 2017.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *